CERITA DARI PERPUSTAKAAN EDELWEIS (BEHIND THE SCENE)

Cerita  Sekilas


1. Ingin Memecahkan Masalah (To Solve The Problem)

     Dunia matematika memang tidak pernah lepas dari hitungan, bahkan saya dulu bertemu dengan seseorang sarjana matematika UGM. Di titik nadir akhirnya dia membuat simbol S dalam posisi horisontal (simbol tidak terhingga), karena tidak sanggup memecahkan masalah dari sebuah diskusi kami di perjalanan naik kereta Balapan Solo-Gambir Jakarta. Diskusi kami memang terbilang unik. Seorang anak SD kelas 5 datang ke Perpustakaan kami, dan mulai mengutak atik youtube. Dia sangat penasaran dengan sebuah soal matematika yang dibuat bapak guru. untuk PR murid-murid. Belum juga ditemukan jawabannya akhirnya si siswa yang rajin ini mengklik google jawaban google  *pikir sendiri*. Sambil tersenyum (geli) saya bilang ke anak tersebut, "coba tanya ke pak Guru, ibu yakin pak Guru punya jawabannya". Sambil nyengir malu diapun pamitan dan pergi.

2. Ibu Tua Singkek (Keturunan Tionghoa/cina) Yang Tersesat (The Lost  Grand Chinese Mother)

     Sejak Info Wisata didirikan banyak masalah-masalah berkaitan dengan pengunjung seputar Tawangmangu. Ada seorang pemuda berambut gondrong yang kehabisan bekal uang sehingga tidak bisa pulang ke Semarang kebetulan dia seorang seniman. Si seniman itu kemudian melukis memakai pensil dan meminta saya membeli lukisannya. Ada lagi seorang ibu sudah sepuh keturunan cina singkek minta tolong saya karena dia salah masuk bus dan kehabisan uang. Saya dan adek-adek kebetulan lagi belajar dan membaca disana mengumpulkan uang, menyeberangkan si nenek hingga naik bus lagi.

3. Katataaturan, Dokumentasi, Perjanjian dan Tegaknya Hukum  (The Rules,                                                                       Documentation, Agreements, and to Stand by The Law)
      Di sebuah Warung Kecil terbuka dipinggir jalan, di sebuah gang besar di Solo. Saya bertemu seorang ibu setengah baya dan berkenalan sambil menyantap makanan tradisional, Lotek. Saya memperkenalkan diri sebagai pengelola sebuah perpustakaan. Tiba-tiba ibu itu sebut saja bu Mikem dari desa di Boyolali, mengeluarkan selembar kertas dari saku bajunya. Beliau minta tolong bagaimana cara membuat surat perjanjian (istilah sekarang MOU), kontrak rumah, karena akan disewakan. Waduh lha... ngaten Bu (begini Bu...), saya menjelaskan sedikit harus ada saksi2 termasuk ketua RT, jenengan maringi aturan tentang tatatertib rumah misal bangunan tidak berubah, tidak boleh ditambah bangunan lain, kondisi bersih, apabila ada kerusakan (paflon, iternit, dll) harus ada pengganti biaya harus ada kesepakatan disaksikan oleh saksi (dari keluarga dan hakam atau pihak netral). Bisa minta saran ke notaris atau pengadilan untuk meminta pendapat saran agar memiliki kekuatan hukum". Bu Mikem tersenyum mengangguk tanda setuju, walau mungkin masih galau...he. Saya juga bertemu dengan warga tentang masalah hutang piutang sungkan menagih karena masih saudara (lah apapun yang berkaitan dengan uang ataupun barang memang harus ada surat tertulis saudara-saudara, ingat itu). Ada juga lulusan SD tapi dia berani ke pengacara saat dia terkena kasus sengketa tanahnya. Persoalan rumah tangga. "Disini di Rumah Belajar kalian belajar bukan kelahi ya!". Saya benar-benar marah ini anak-anak SD berkelompok hampir berkelahi dengan kelompok SD laen karena berebut kursi saat nonton video di komputer. Akhirnya mereka berdamai saya suruh anak-anak pulang dan menahan diri. Karena besuk mereka bertemu untuk..belaajaaar! (suka duka menjabat pengelola perpustakaan, harus banyak belajar ini)/Dewi

4. Perlunya Mencatat Permintaan Buku bacaan Yang Diinginkan Pengunjung (To note, the books what The Visitors of Library needed)
(Bercanda Sejenak)


     Seorang Bapak masuk ke Perpustakaan saya persilahkan duduk. Pak Parman, (bukan nama sebenarnya/red), bertanya apakah ada buku cara membuat jenang (salah satu bahan makanan di minuman dawet),"Saya catat ya Pak, nanti kalau sudah ada saya umumkan di papan pengumuman ya Pak". Selain beberapa keinginan warga buku bacaan yang mereka cari, kami juga menulis nomor hp yang bisa dihubungi di papan pengumuman (notice) Ada warga yang memanfaatkan sms atau wa misalnya mahasiswa bahasa jawa yang meminta tolong dicarikan novel bahasa jawa. Saat itu baru ada majalah bahasa Jawa namanya Penyebar Semangat. Kadang kami sebagai pengelola harus mencari sendiri buku-buku berkaitan dengan skripsi mahasiswa keguruan, ada buku Kepala Sekolah, Bagaimana Mengelola Sekolah, pokoknya kaitan dengan skripsi si mahasiswa. Setelah ketemu bukunya saya tumpuk di meja. Ada juga teman guru bawa mahasiswa yang bingung cari judul untuk skripsi yang dia buat. Lama-lama saya berkhayal jadi konsultan edukasi, atau Public Relation education apa Lah mereka tidak mau cari sendiri kebetulan saya yang menyusun buku di rak, sedikit baca-baca he. "Bu, tolong carikan saya buku biologi kelas 3 SMP besuk saya ambil  mau ujian Bu! "Bu, tolong dibacakan ya saya mau dengar cerita di buku ini". Ini gambar ikan Paus, telurnya kok tidak ada?"Tidak bertelur Nak, beranak, karena ikan paus satu-satunya ikan yang menyusui tinggalnya di lautan yang dalam, kalau ikan lainnya bertelur."(ketika kami mendapat tamu anak-anak SMP, SD, Paud dan TK)

5. Bertemu Mahasiswi dari German (Meeting the student from Germany)

     Suatu hari kantor kelurahan mendapat tamu seorang mahasiswi dari Jerman, Eva bersama teman Agus (bukan nama sebenarnya) mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Solo. Mereka sedang riset berkaitan dengan musibah tanah longsor (slide) di salah satu desa di Tawangmangu tahun 2007. Mereka menanyakan kepada pengelola Perpustakaan (kebetulan pengelola bisa berbahasa inggris dan atas permintaan pak lurah) penyebab dari tanah longsor, yakni hujan yang tidak berhenti selama beberapa hari, pergeseran tanah yang bergerak (saat ini  SD di desa tempat longsor dicantumkan (notice) tanda-tanda tanah akan longsor misal tanah bergerak, segera turun dan keluar rumah, dan dianjurkan menanam pohon keras (mahoni, sengon, pinus, atau cemara). Jumlah korban pada waktu itu(sekitar 71 orang tewas, 14 rumah hancur). Pada saat itu memang musibah dengan jumlah korban terbesar  beberapa waktu yang lalu. Sempat dikunjungi Bapak Presiden SBY (Susilo Bambang Yudoyono), dengan berjalan kaki (cukup jauh dengan bukit yang agak curam, (terima kasih bapak SBY atas kunjungan desa kami mewakili warga). Kemudian kunjungan perwakilan 5 propinsi, dalam rangka simulasi daerah rawan bencana tanah longsor, dan ruang perpustakaan menjadi ruang ngumpul, cas hp, salah satu peserta terkejut, mendapati sebuah buku tata bahasa Batak Karo. "Onde mande  ini ada buku Bahasa Batak Karo sampai disini!". Kami melengkapi beberapa bahasa nusantara, selain bahasa inggris, Belanda, Jepang juga ada buku mandarin. Kami juga memiliki video interaktif untuk anak,  berhubungan dengan tanah longsor, karena saya pikir di daerah rawan longsor harusnya ada pembelajaran bagaimana mencegah longsor, mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon keras. Kebetulan video tersebut sangat disukai anak-anak karena berinteraksi dengan kusor komputer, bermain sambil belajar.

                                                              (Gambar dari Google)




Komentar

Postingan populer dari blog ini